Melindungi ekosistem yang ada adalah kunci untuk memastikan bahwa sumber daya ini akan tersedia untuk generasi mendatang.
Banyak wisatawan yang membawa pulang pasir merah muda sebagai kenang-kenangan, yang menyebabkan penurunan jumlah pasir merah muda secara signifikan.
Selama proses pembuatan Kain Lantung, nada berbunyi "Tung, tung, tung" kerap terdengar. Suara itu dihasilkan oleh Perikai berbahan dasar tanduk kerbau yang digunakan sebagai alat pemukul. Suara itu pun menjadi salah satu sumber nama kain tradisional khas Bengkulu.
Kenaikan suhu laut dapat berdampak pada populasi foraminifera yang menjadi penyebab utama warna merah muda pasir pantai. Jika populasi foraminifera menurun, warna merah muda yang menjadi ciri khas pantai ini dapat memudar seiring waktu.
Foraminifera ini adalah organisme kecil bercangkang yang hidup di perairan laut dan memiliki pigmen merah muda. Ketika mereka mati, cangkangnya terbawa arus ke pantai Fatcai99, bercampur dengan pasir putih dan menciptakan gradasi warna merah muda yang indah.
Indonesia upaya konservasi lingkungan oleh masyarakat juga memiliki beragam jenis fauna, mulai dari mamalia besar hingga serangga kecil yang unik. Beberapa hewan yang menjadi ikon biodiversitas Indonesia antara lain:
Pemerintah telah menetapkan lebih dari 500 kawasan konservasi, termasuk taman nasional, suaka margasatwa, dan hutan lindung. Beberapa taman nasional yang terkenal meliputi:
Dengan memperhatikan konsep konservasi sumber daya laut untuk masa depan Indonesia, kita dapat menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dengan demikian, Indonesia dapat terus menjadi negara maritim yang sejahtera dan berkelanjutan.
Salah satu alasan utama untuk menjaga lingkungan adalah untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam. Hutan, lahan pertanian, air bersih, dan sumber daya alam lainnya adalah elemen penting dalam kehidupan kita.
Banyak spesies langka di Indonesia yang terancam akibat perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal. Beberapa contoh kasus yang mencemaskan antara lain:
Diceritakan, masyarakat Bengkulu dan kain lantung memiliki sejarah panjang serta menjadi lambang perlawanan masyarakat terhadap penjajah.
“Kita harus memastikan bahwa pengelolaan sumber daya laut tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” ujar Prof. Rizal.
“Sejalan dengan komitmen kami, AQUA percaya bahwa upaya keberlanjutan dan bisnis harus terus berjalan secara beriringan. Kolaborasi multi pihak menjadi kunci mewujudkan pengelolaan
Mengutip publikasi resmi kemendikbud, pengembangan produksi Kain Lantung pertama kali dilakukan sekitar tahun 1943 selama masa krisis ekonomi di bawah penjajahan Jepang.